MANAGEMENT PEMASARAN
"Pricilia Theovani Mowilos"
I.
Pendahuluan
Pada
dasarnya manusia sebagai konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan hidup. Hal ini berarti konsumen tidak hanya
membeli produk atau barangnya saja, akan tetapi yang dibeli adalah manfaat atau
kegunaan dari produk tersebut. Keinginan dan kebutuhan manusia itu sifatnya
tidak terbatas, tetapi sumber daya yang dimiliki terbatas. Oleh karena itu demi
mendapatkan suatu barang untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut maka
seseorang akan rela menukarkan atau mengorbankan benda atau barang yang
dimiliki, seperti uang atau benda-benda lainnya.
Terdapat
suatu perbedaan yang mendasar antara keinginan dan kebutuhan hidup manusia. Keinginan
merupakan kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian
seseorang. Sedangkan kebutuhan itu bersifat naluri yaitu pernyataan dari
perasaan kekurangan akan sesuatu hal, misalnya orang yang merasa lapar akan
mencari barang yang dapat dimakan.
Hal
itu sesuai dengan pendapat dari Kotler dan Amstrong (2001). Ada beberapa macam
faktor yang mempengaruhi mengapa seseorang membeli suatu produk tertentu untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Selain jenis produk, faktor ekonomi,
faktor psikologis, faktor sosiologis dan antropologis atau kebudayaan juga
menentukan perilaku pembelian seseorang.
II.
PENGERTIAN PASAR, PEMASAR, PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN
Sebelum
kita menelaah istilah pemasaran atau manajemen pemasaran ada baiknva kita telusuri
dulu satu persatu kata yang membentuk istilah/konsep pemasaran tersebut, Karena
akar kata dan konsep pemasaran tersehut berasal dan kata dasar pasar, maka kita
mulai saja dan pengertian konsep dasar tersebut. Pada mulanya pasar diartikan
sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Kemudian pengertian pasar
berkembang menjadi keseluruhan permintaan barang atau jasa oleh pembeli-pembeli
potensial. Pengertian pasar yang lebih luas diberikan oleh Philip Kotler
sehagai berikut Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki
kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran
untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu.
Kalau
satu pihak lehih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak
pertama disebut sebagai pemasar dan pihak lainnya adalah pembeli. Pemasar
adalah orang yang mencari sumberdaya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu
yang bernilai untuk itu. Pada sisi lain pembeli juga bisa berlaku sebagai
pemasar. Misalkan jika beberapa orang pembeli ingin bersaing memperebutkan
suatu barang yang akan dijual oleh seorang penjual. Para pembeli di sini
berupaya memasarkan dirinya untuk menarik perhatian si penjual sehingga penjual
tersebut mau memilih bertransaksi dengan para calon pembeli tersehut. Jadi
bukan hanya penjual saja yang melakukan pemasaran, akan tetapi pembeli juga
bisa berlaku sebagai pemasar dan melakukan pemasaran. Apabila kedua belah pihak
sama-sama aktif dalam pertukaran keduanya dapat dianggap sebagai pemasar, di
sini terjadi apa yang disebut pemasaran timbal balik. Berkaitan dengan hal
tersebut ada dua istilah pasar, yaitu pasar penjual dan pasar pembeli. Pasar
penjual adalah pasar dimana penjual mempunyai lebih banyak kekuasaan dan
pembeli harus menjadi pemasar yang lehih aktif. Pasar pembeli adalah pasar
dimana pembeli mempunyai lebih banyak kekuasaan dan penjual harus menjadi
pemasar yang lebih aktif.
A.
Pengertian dan konsep inti Pemasaran
Pasar
adalah hasil dan kegiatan atau proses yang dinamakan pemasaran. Jadi dengan
kata lain pemasaran adalah kegiatan manusia dalam hubungannya dengan pasar.
Dalam arti sempit pemasaran sering diartikan sebagai kegiatan menyalurkan atau
mendistribusikan barang/jasa kepada konsumen. Pengertian pemasaran dalam arti
luas salah satunya adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Philip Kotler
sebagai berikut: Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu
dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
penawarkan produk yang bernilai satu sama lain.
Manajemen
pemasaran berasal dan dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Pengertian
manajemen pemasaran tersebut merupakan pengertian gabungan dan dua pengertian
kata tersebut. lstilah manajemen secara sederhana sering diartikan sebagai
pengelolaan, pengaturan, pembinaan, penataaan, dan istilah-istilah lainnya.
Pengertian manajemen secara luas (definisi) sangat banyak sekali, tetapi dan
definisi-definisi yang ada tersebut secara garis besar memiliki unsur-unsur
yang hampir sama. Manajemen secara secara umum diartikan sebagai suatu proses
yang di dalamnya secara garis besar tercakup fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, pengawasan, dan pengevaluasiaan. Atau secara
sederhana fungsi-fungsi tersebut dikatagorikan ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.
Salah
satu pengertian manajemen pemasaran adalah seperti yang dikemukakan oleh Philip
Kotler yang mengutip definisi yang digunakan oleh Persatuan Pemasaran Amerika
sebagai berikut: Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
dan perwujudan, pemberian harga, promosi, dan distribusi dan barang-barang,
jasa, dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang
memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi.
Definisi
lain yang senada dikemukakan juga oleh Kotler dan Gary Amstrong yaitu sebagai
berikut: Manajemen Pemasaran adalah analisisis, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud
untuk mencapai sasaran organisasi. Manajemen pemasaran diperlukan dalam proses
pertukaran, karena proses tersebut memerlukan banyak tenaga dan keterampilan.
Bagaimana mengelola atau mengatur kegiatan, keterampilan, tenaga, dan
sumberdaya, dan aspek-aspek lainnya yang diperlukan akan sangat menentukan
berhasil atau tidaknya organisasi mencapai sasaran dan tujuan pemasaran.
B.
TUGAS MANAJEMEN PEMASARAN DALAM MENGHADAPI BERBAGAI SITUASI PERMINTAAN
Manajemen
Pemasaran bertugas mempengaruhi tingkat, waktu, dan sifat permintaan untuk
membantu organisasi mencapai sasarannya. Jadi manajemen pemasaran tersebut
tidak saja menyangkut pencarian dan peningkatan permintaan tetapi juga
menyangkut pengubahan dan pengurangan permintaan. Berhagai situasi permintaan
dan bagaimana tugas manajemen pemasaran yang harus dilakukan adalah seperti
diuraikan berikut ini:
1.
Permintaan Negatif (Negative Demand)
Permintaan
negatif ini terjadi bila sebagian besar pasar tidak menyukai atau bahkan
menghindari suatu produk tertentu. Permintaan ini terjadi seperti pada
permintaan akan vaksinasi, tambal gigi, vasektomi, dan operasi usus buntu.
Tugas pemasar adalah disabuse demand, yaitu dengan cara menganalisa mengapa
pasar tidak menyukai produk dan apakah suatu program pemasaran dapat mengubah
kepercayaan dan sikap pasar melalui perancangan kembali produk, harga yang
lebih murah, dan promosi yang lebih positif.
2.
Tidak Ada Permintaan (No Demand)
Konsumen
yang menjadi sasaran bisa jadi tidak tertarik terhadap suatu produk yang
ditawarkan. Misalnya masyarakat pedesaan tidak tertarik terhadap kartu kredit,
golongan masyarakat yang berusia muda tidak begitu tertarik pada asuransi
kematian, masyarakat perkotaan tidak begitu tertarik menanamkan modalnva pada
koperasi unit desa. Tugas pemasar adalah create demand, yaitu menemukan cara
untuk menghubungkan manfaat produk dengan kebutuhan dan minat pasar.
3.
Permintaan Terpendam (Latent Demand)
Permintaan
mi timbul karena banyak konsumen mempunyai hasrat yang kuat akan sesuatu yang
tidak terpuaskan oleh produk yang ada, misalkan permintaan rokok yang bebas
nikotin, kendaraan yang hemat energi atau bebas polusi, sarana tranportasi yang
cepat dan biayanya terjangkau, makanan dan minuman yang tidak mengandung zat
kimia atau zat pengawet. Tugas pemasar adalah develop demand yaitu dengan cara
mengukur potensi pasar dan mengembangkan barang dan jasa yang efektif yang akan
memenuhi permintaan yang terpendam tersebut.
4.
Permintaan yang Menurun (Faltering Demand)
Sesuai
dengan siklus hidup produk (product life cycle), sama halnya dengan makhluk
hidup yang suatu saat akan mengalami kemunduran atau bahkan kematian, suatu
organisasi suatu saat akan mengalami permintaan yang menurun terhadap produk
yang dihasilkannya. Penurunan itu mungkin disebahkan oleh pasar yang telah
jenuh atau pesaing mulai mengambil alih pangsa pasar Tugas organisasi adalah
revitalize demand yaitu dengan cara mengembalikan permintaan menurun dengan
pemasaran ulang produk dengan cara diantaranya yaitu perubahan mutu, kemasan,
merek, harga, atau hal-hal kreatif lamnnya yang menunjukkan perbedaan yang
lebih berarti dengan produk pesaing.
5.
Permintaan Tidak Teratur (Iregular Demand)
Permintaan
ini kadang-kadang terjadi berfluktuasi sehingga menyebabkan organisasi
kelebihan atau kekurangan kapasitas. Misalnya jalan tol kelebihan permintaan
pada jam-jam sibuk, sedangkan pada jam-jam biasa kekurangan. Demikian pula
halnya pengusaha biro perjalanan kekurangan kapasitas pada bulan-bulan tertentu
dan kelebihan kapasitas pada bulan-bulan lain. Tukang jahit pakaian kelebihan
permintaan pada hari-hari menjelang hari raya atau menjelang tahun ajaran baru,
sedangkan pada hari biasa kekurangan permintaan. Tugas pemasar adalah
synchronize demand yaitu mengubah pola permintaan melalui cara penentuan harga
yang fleksibel, promosi, dan rangsangan lainnya. Sebagai contoh misalnya
Perumka memberikan potongan harga tiketnya bagi pemudik yang mudik jauh hari
sebelum hari raya. Hotel memberikan potongan harga pada hari Senin-Jum’at.
6.
Permintaan Penuh (Full Demand)
Bila
kondisi sedang baik kadang -kadang organisasi menghadapi permintaan yang penuh
sesuai dengan harapan dan kapasitas produksi yang dimilikinya. Tugas pemasaran
adalah menjaga atau memelihara tingkat permintaan yang ada sekarang dalam
menghadapi berubahnya preferensi konsumen dan ketatnya pensaingan. Di sini
organisasi harus senantiasa menjaga kualitasnva dan selalu mengukur tingkat
kepuasan konsumen.
7.
Permintaan Berlebih (Overfull Demand)
Hal
ini terjadi apabila jumlah permintaan dan konsumen melebihi kapasitas produksi
pihak produsen. Permintaan pergi ibadah haji di Indonesia setiap tahunnya
selalu melebihi kapasitas yang bisa ditangani oleh pemenintah. Permintaan akan
kertas koran di Indonesia tinggi dan tidak bisa dipenuhi oleh produsen dalam
negeri, akibatnya penyediaannya sangat tergantung pada produk impor.
Perrnintaan alumni siswa SMU terhadap perguruan tingggi negeri selalu melebihi
kapasitas yang disediakan pemerintah. Tugas pemasaran adalah reduce demand,
Yaitu mengurangi permintaan sampai jumlah tertentu yang diinginkan.
8.
Permintaan Produk yang Tidak Bermanfaat (Unwholesome Demand)
Produk-produk
yang tidak bermanfaat akan menimbulkan upaya untuk mengurangi penggunaannya,
seperti konsumsi rokok, minuman keras dan narkotika. Tugas pemasaran adalah destroy
demand, yaitu berusaha agar konsumen yang suka produk tersebut tidak lagi
menggunakannya. Pemasar di sini misalnya pihak pemerintah atau lembaga konsumen
dengan cara iklan layanan masyarakat melalui media massa yang menghimbau agar
masyarakat menyadari bahaya merokok, minuman keras dan narkotika.
C.
KONSEP INTl (DASAR) PEMASARAN
Berkaitan
dengan definisi pemasaran yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, kiranya
perlu ditelaah beberapa konsep-konsep inti/dasar dan pemasaran. Gambar berikut
menunjukkan konsep-konsep inti pemasaran serta hubungannya satu sama lain.
1.
Kebutuhan
Konsep
utama yang paling mendasari pemasaran adalah kebutuhan manusia.Kebutuhan adalah
suatu keadaan yang dirasakan tidak ada dalam diri seseorang. Manusia memiliki
kebutuhan yang kompleks dan bertingkat seperti yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow yaitu; kebutuhan fisik, keamanan dan keselamatan, sosial, penghargaan,
dan kebutuhan aktualisasi diri. Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan
ditentukan oleh tingkat kebutuhan mana yang paling mendesak. Apabila salah satu
tingkat kebutuhan telah terpenuhi maka ia akan berhenti sebagai faktor
motivator.
2.
Keinginan
Keinginan
merupakan kebutuhan manusia yang dihentuk oleh budaya dan kepribadian individu.
Akibat perbedaan corak budaya yang beraneka ragam maka keinginan seseorang akan
dipengaruhi oleh lingkungan sosial budayanya. Kebutuhan makanan pokok di
Indonesia sudah tentu akan berbeda dengan kebutuhan pokok orang Amerika.
Kebutuhan masyarakat pedesaan berbeda dengan kebutuhan masyarakat perkotaan.
Perbedaan kehutuhan tersebut menimbulkan perbedaan keinginan setiap individu
dan golongan masyarakat tersehut Keinginan dapat diterangkan dan ohjek yang
akan memenuhinya. Keinginan manusia hersifat tak terhatas, sedangkan sumber-sumber
untuk memenuhi keingian tersebut bersifat terbatas. Permasalahannya bagaimana
manusia mengatasi atau menyesuaikan keinginan yang tak terbatas tersebut dengan
sumberdaya yang tersedia.
3.
Permintaan
Permintaan
adalah keinginan yang didukung oleh daya beli. Jika tidak didukung daya beli
keinginan akan tetap hanya herupa angan-angan saja. Keinginan manusia yang
sifatnya tidak terbatas tidak semuanya bisa diwujudkan menjadi permintaan, oleh
karena itu ia harus menyesuaikan din dengan daya heli dan sumberdaya yang
tersedia. Untuk produk-produk tertentu yang bersifat elastis pada akhirnya
jumlah permintaan akan mempengaruhi terhadap harga suatu produk yang
ditawarkan.
4.
Produk
Pada
umumnya produk dibedakan atas produk yang berupa barang (berwujud) dan berupa jasa
(tak berwujud), dan sarana lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia. Kata produk ini juga sering juga distilahkan dengan pemuas,
sumberdaya, dan tawaran. Konsumen mempunyai kecenderungan memilih produk yang
manfaatnya sama dengan produk sejenis tetapi dengan harga yang lebih murah atau
harga yang sama tetapi kualitas yang lebih baik.
5.
Nilai dan Kepuasan
Konsep
yang menuntun konsumen untuk memilih produk mana yang akan Ia pilih diantara
berbagai produk yang ditawarkan adalah nilai (pelanggan). Konsumen pada umumnya
akan memilih suatu produk yang memberikan manfaat terbesar dengan biaya yang
minimal atau terjangkau. Misalkan bila kita ingin membeli mobil tentu akan
mempertimbangkan berbagai aspek seperti kenyamanan, keamanan, konsumsi bahan
bakar, besar pajak kendaraan bermotor, dan lain-lain. Masing-masing aspek
tersebut memiliki nilai tersendiri Total atau jumlah dan nilai-nilai tersebut
dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan (seperti biaya moneter,
waktu, energi, dan psikis) merupakan nilai yang akan kita perbandingkan dengan
produk-produk lain yang sejenis. Jadi nilai pelanggan tersebut maksudnya nilai
yang diserahkan kepada pelanggan (customer deliverd value) yaitu selisih antara
nilai total pelanggan (total customer value) dengan biaya total pelanggan
(total customer cost).
Kepuasan
konsumen atas suatu produk tergantung kinerja produk dengan harapan konsumen.
Jika kinerja suatu produk yang telah dibeli di bawah harapan konsumen tentunya
merasa tidak puas, jika kinerja produk sama dengan harapan tentu konsumen
merasa puas, jika kinerja di atas harapan konsumen sangat puas. Harapan-harapan
konsumen dibentuk oleh pengalaman pembelian masa lalu, informasi dan teman,
informasi dan ikian, dan informasi dan sumber-sumber lainnya.
6.
Transaksi
Transaksi
adalah perdagangan nilai antara antara dua pihak. Transaksi merupakan satuan
ukuran dan pertukaran. Salah satu bentuk satuan ukuran tersebut adalah uang,
tetapi tidak semua transaksi melibatkan uang. Kadang-kadang transaksi terjadi
antara barang dengan barang (misalnya antara pesawat terbang produk IPTN dengan
mobil sedan Proton Saga dan Malaysia), antara barang dengan jasa (misalnya jasa
seorang dokter di daerah pedesaan yang ditukar dengan seekor ayam), atau antara
jasa dengan jasa (niisalnya jasa seorang konsultan ditukar dengan jasa
pemerikasaan keseha tan seorang dokter). Transaksi yang demikian dinarnakan
Transaksi Barter.
7.
Hubungan
Pemasaran
yang baik bekerja tidak saja untuk mempertukarkan produknya semata, tetapi
secara jangka panjang mampu membina hubungan dengan pelanggan, distributor,
dealer, atau pemasok. Masa sekarang pemasaran cenderung berubah dari usaha
memaksimumkan laba atas tiap transaksi individual ke memaksimumkan hubungan
yang saling menguntungkan dengan pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Salah satu
upaya kongkrit dan konsep ini misalnya dibentuknya bagian humas atau public
relation di lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta
8.
Pasar
Pasar
terdiri dan semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan
tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan
atau keinginan tersebut. Pasar adalah hasil dan serangkaian kegiatan/proses
yang dinamakan pemasaran. Berdasarkan dominasi kekuasaan yang dimiliki oleh
pihak yang terlibat, pasar dapat dikelompokan ke dalam pasar pembeli dan pasar
penjual. Berdasarkan pada tujuan penggunaan produk, pasar dapat dikelompokan ke
dalam pasar konsumen dan pasar organisasi (pasar industri, pasar pemerintah,
dan pasar reseler)
9.
Pemasaran
Pemasaran
adalah proses sosial atau manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dn keinginan mereka dengan menciptakan penawaran produk yang bernilai
satu sama lain. Pemasaran tidak saja dilakukan oleh organisasi bisnis tetapi
juga organisasi non-bisnis, seperti lembaga pemerintah atau lembaga sosial
masyarakat, atau lembaga konsumen.
D.PERKEMBANGAN
FALSAFAH MANAJEMEN PEMASARAN
Sesuai
dengan perkembangannya dan waktu ke waktu terdapat lima konsep pemasaran yang
mendasari cara organisasi melakukan kegiatan pemasarannya. Adapun perkembangan
konsep-konsep tersebut dari awal hingga sekarang akan diuraikan berikut ini:
1.
Konsep Produksi
Dalam
konsep berwawasan produksi berpendapat bahwa konsumeri menyukai produk yang
tersedia di mana-mana dan dengan harga murah. Produsen yang berwawasan produksi
mi perhatiannya senantiasa tertuju pada usaha mencapai efesiensi produksi yang
tinggi serta daerah penyaluran yang luas bagi barang hasil produksinya. Konsep
produksi ini merupakan konsep yang klasik dan tertua dalam sejarah perkembangan
pemasaran. Dalam konsep produksi ini, kejadian konsumen akan memilih produk
yang murah dan mudah didapat akan berlangsung bila dalam kondisi:
a.
Permintaan barang melebihi penawarannva, dirnana konsumen ingin mendapatkan
barang tanpa memperhatikan detil dan barangnnya dan produsen akan memusatkan
perhatiannya pada tingkat produksi yang tinggi.
b.
Biaya produksi tinggi dan harus diturunkan dengan peningkatan produktivitas
untuk memperluas pasar. Tingkat penjualan yang tinggi akan dapat menekan biaya
produksi.
2.
Konsep Produk
Produsen
yang berwawasan produk berpendapat hahwa konsumen hanya akan memilih produk
yang berkualitas, atau mempunvai kelehihan-kelebihan lain yang sifatnya
inovatif menurut anggapan produsen. Oleh karenanya produsen disini akan
memusatkan perhatiannya untuk membuat produk yang lebih baik dan yang
adadanselalu berusaha terus untuk mengembangkan dan menyempurnakannya dan
kurang memperhatikan masukan darn pelanggan. Sebagai akibatnya memang kualitas
produk akan herkembang dan sempurna akan tetapi keinginan pasar terabaikan,
sehingga pada akhirnya produk yang baik tersebut akan kekurangan pasar atau
bahkan kehilangan pasar sama sekali, karena produk yang baik atau sempurna
tersebut helum tentu sesuai dengan keinginan konsumen, baik itu dalam hal
model, kualitas ataupun harga. Konsep produksi mi terutama banyak diterapkan di
negara-negara terbelakang atau sedang berkembang dimana konsumen tidak banyak
pilihan untuk suatu produk, dan rata-rata daya beli konsumen rendah.
3.
Konsep Penjualan
Dalam
konsep ini produsen berpendapat bahwa agar konsumen membeli produk yang
dihasilkan oleh organisasi maka harus ada upaya aktif dan produsen untuk
melakukan usaha penjualan dan promosi penjualan yang agresif. Konsumen tidak
boleh dibiarkan memilih dan membeli sendiri tanpa upaya aktif dan produsen
untuk membujuknya membeli dalam jumlah tertentu yang diinginkan produsen.
Konsumen yang tidak rnempunyai keinginan untuk membeli juga harus diupayakan
agar mereka membeli produk yang dihasilkan. Konsep penjualan ini banyak dipakai
terutama untuk barang-barang yang tidak dicari, atau tidak terpikir oleh
konsumen untuk membelinya, misalnya kebutuhan akan asuaransi, buku ensikiopedi,
tanah kuburan, dan lain-lain. Pada umumnya organisasi atau perusahaan
menerapkan konsep produk ini jika mereka mengalami kelebihan kapasitas
produksinya. Tujuan mereka terfokus pada upaya menjual apa yang mereka hasilkan
dan bukan pada keinginan pasar. Jadi di sini kebutuhan penjualah yang
diutamakan bukan kebutuhan pasar.
4.
Konsep Pemasaran
Konsep
yang sangat berbeda dengan tiga konsep yang telah diuraikan adalah konsep
pemasaran. Konsep ini berpendapat bahwa menentukan kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif
dan efisien merupakan kunci utama dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.
Jadi di sini kebutuhan pasarlah yang paling diutamakan bukan kebutuhan atau
kepentingan penjual. Di sini harus diciptakan bagaimana menciptakan hubungan
yang saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Produsen harus dapat
mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan pelanggan. Singkatnya konsep
berwawasan pemasaran ini berlandaskan pada empat aspek utama yaitu pasar
sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terkoordinir, dan keuntungan melalui
kepuasan pelanggan.
5.
Konsep Pemasaran Sosial
Konsep
yang paling akhir dan berkembang dewasa ini yaitu konsep pemasaran
sosial/kemasyarakatan. Lingkungan baik itu alam ataupun sosial menjadi isu
utama dalam. konsep ini. Dalam konsep ini produsen tidak boleh hanya
mementingkan kebutuhan / kepuasan pelanggan serta hubungan yang menguntungkan
dua belah pihak, tetapi harus juga melihat kepentingan masyarakat secara luas.
Dalam jangka panjang produsen yang mengabaikan kepentingan masayarakat luas
akan kehilangan pasar. Jadi dalam konsep ini hubungan yang saling menguntungkan
harus terjadi antara ketiga belah pihak (bukan dua pihak) yaitu pelanggan,
produsen/penjual, dan masyarakat luas. Berkaitan dengan konsep tersebut maka
dewasa ini para produsen berlomba-lomba menciptakan produk yang tidak merugikan
bagi kepentingan umum, misalnya lemari pendingin dan AC yang tidak merusak
lapisan ozon, kendaraan yang hemat energi dan bebas polusi, kemasan produk
barang yang bisa didaur ulang, dan lain-lain.
E.
TUJUAN SISTEM PEMASARAN
Suatu
sistem pemasaran terdiri dari berbagai subsistem pemasaran yang saling terkait
dan berhubungan satu sama lainnya secara terorganisir untuk mencapai tujuan
tertentu. Sistem pemasaran melihatkan berbagai subsistem baik internal maupun
eksternal terkait seperti penjual, pembeli, barang/jasa, pemasok, publik,
pemerintah, sistem perekonomian, politik, budaya, dan faktor lain-lain yang
saling terkait dan memberikan pengaruh terhadap hubungan organisasi dengan pasarnya.
Kegiatan-kegiatan pemasaran menimbulkan berbagai pengaruh terhadap masyarakat,
oleh karenanya tujuan sistem pemasaran yang dikemukakan Juga cenderung
berbeda-beda seperti diuraikan berikut ini:
1.
Memaksimumkan Konsumsi
Anggapan
dasar dan tujuan memaksimumkan konsumsi mi adalah bahwa semakin banyak konsumen
membeli dan memakai suatu produk akan lebih baik karena konsumsi yang maksimum
pada akhirnya akan menciptakan produksi, kesempatan kerja, dan kesejahteraan
masyarakat secara umum.
2.
Memaksimumkan Kepuasan Konsumen
Kepuasan
adalah tingkat proses seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia
rasakan dengan harapannya. Pada umumnya kalau kinerja/ hasil dibawah harapan
konsumen akan kecewa atau merasa tidak puas. Kalau kinerja/hasil sama dengan
apa yang diharapkannya konsumen puas, dan kalau di atas harapannya maka
konsumen akan merasa sangat puas. Ada beberapa cara mengukur dan mengamati
tingkat kepuasan konsumen/pelanggan yaitu :
a.
Sistem Keluhan dan Saran
Misalnya
dengan cara menyediakan formulir dan kotak saran di tempat-tempat tertentu yang
mudah dilihat oleh konsumen. Diharapkan saran dan kritik dan konsumen tersebut
dapat mengevaluasi memperbaiki kinerja organisasi di masa mendatang. Kelebihan
sistem ini adalah murah dan mudah untuk diterapkan. Kekurangannya adalah kurang
menggambarkan secara rinci dan lengkap.
b.
Survei Kepuasan Konsumen
Sistem
keluhan dan saran kadang-kadang dirasakan tidak memadai, karena tidak
menggambarkan secara engkap kepuasan dan kekecewaan konsumen. Berdasarkan
penelitian ternyata banyak konsumen yang merasa kecewa atau tidak puas terhadap
suatu produk atau pelayanan tidak menyampaikannya melalui kotak saran yang
telah disediakan. Beberapa konsumen mungkin merasa bahwa keluhannya tidak akan
berlanjut atau banyak yang tidak ditanggapi. Kelebihan sistem ini adalah
menggambarkan keluhan dan kepuasan konsumen secara lengkap karena beberapa buah
pertanyaan telah direncanakän dan dipersiapkan secara matang, misalnya dalam
bentuk wawancara atau kuesioner.
3.
Memaksimumkan Pilihan
Sistem
pemasaran juga dipercaya akan menyebabkan timbulnya beranekaragam produk, baik
itu produk dan satu produsen, maupun produk dan para pesaing. Dengan adanya
beraneka ragam produk maka konsumen atau pembeli memiliki kekuatan adu tawar
(bargaining power) yang lebih tinggi. Konsumen berhak memilih produk mana yang
ia sukai sesuai dengan keinginan dan daya beli masing-masing.
4.
Memaksimumkan Kualitas Hidup
Tujuan
pemasaran yang meningkatkan kualitas hidup merupakan tujuan yang bernilai bagi
sistem pemasaran. Dengan adanya sistem pemasaran, kualitas, persediaan, dan
harga barang akan lebih berkembang yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan atau kualitas hidup masyarakat.
F.
PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG PERAN PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN
Pandangan
tentang pemasaran berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan pandangan peran pemasaran yang sederhana sampai peran pemasaran
terpadu dewasa ini. Adapun tahap perkembangan peran pemasaran tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Fungsi Pemasaran Dipandang Sama Pentingnya dengan Fungsi Lainnya
Pada
permulaanya peran atau fungsi pemasaran dipandang sejajar dengan fungsi-fungsi
perusahaan lainnya seperti fungsi produksi, fungsi keuangan, fungsi personalia,
dan fungsi-fungsi lainnya.Istilah pemasaran dalam pandangan fungsi di sini
dipandang dalam pengertian sempit yaitu kegiatan menyalurkan atau
mendistribusikan barang dan produsen ke konsumen.
2.
Fungsi Pemasaran Dipandang Lebih Penting dan Fungsi Lainnya
Ketika
pemasaran memberikan kontribusi yang paling besar pada kemajuan dan keuntungan
perusahaan, pemasaran dianggap sebagai kegiatan perusahaan yang paling penting
dibanding fungsi-fungsi lainnya. Dalam pandangan di sini manajemen perusahaaan
mungkin akan memberikan anggaran yang lebih besar pada kegiatan pemasarannya.
3.
Pemasaran Dianggap sebagai Fungsi Utama sedangkan Fungsi-fungsi Lainnya sebagai
Fungsi Pendukung
Ketika
pandangan pemasaran mulai berkembang ke arah pengertian lebih luas kemudian
didukung oleh penemuan-penemuan kiat baru pemasaran, maka pemasaran dianggap
sebagai fungsi yang makin penting dan merupakan fungsi utama perusahaan. Adapun
fungsi-fungsi lainnya seperti produksi, keuangan, personalia adalah dalam
rangka mendukung terselenggaranya kegiatan pemasaran.
4.
Pelanggan Dipandang sebagai Fungsi Pengendalian
Perkembangan
selanjuthya akhirnya sampai kepada suatu konsep yang memandang bahwa kepuasan
pelanggan adalah kunci pokok pemasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pelanggan dijadikan sumber informasi untuk memperoleh masukan bagi kebijakan
dan keputusan-keputusan pemasaran yang diambil oleh manajemen perusahaan.
5.
Pelanggan sebagai Fungsi Pengendalian dan Pemasaran sebagai Fungsi Terpadu
Dalam
pandangan ini kepentingan pelanggan tetap menjadi perhatian pokok, semua hagian
bekerja bersama untuk melayani kepentingan-kepentingan pelanggan. Dalam fungsi
pemasaran ini pandangan kepada konsep pemasaran sudah sangat luas sekali
meliputi berbagai aspek kegiatan yang terkait baik internal maupun eksternal.
Aspek-aspek tersebut misalnya pengembangan produk, penetapan harga,
mengembangkan saluran distribusi, komunikasi pemasaran saran, semuanya harus
dikoordinasi oleh sudut pandang pelanggan. Keberadaan pemasok, pesaing,
pelanggan dan lingkungan seperti ekonomi, politik, teknologi, dan masih banyak
aspek lain yang terkait juga harus diperhitungkan. Koordinasi antara berbagai
aspek terkait berdasarkan titik pandang kepentingan pelanggan tersebut
merupakan fugsi pemasaran secara terpadu.
Seorang
produsen perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut
produsen akan dapat menentukan bagaimana cara menjangkau konsumennya, produk
apa yang diperlukan, berapa harga yang layak dibebankan dan bagaimana cara
mempertahankan pasar dari para pesaing.
Suatu
usaha yang menganut konsep pemasaran harus memahami perilaku konsumennya secara
keseluruhan, agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sebab menurut
Setiadi (2003) perilaku konsumen itu merupakan tindakan yang langsung terlibat
dalam usaha mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut.
Perilaku
konsumen sangat perlu dipahami karena konsumen merupakan pasar sasaran produk.
Hal ini berarti bahwa suatu produk dibuat berdasarkan keinginan dan kebutuhan
dari konsumen. Apabila produk tersebut oleh konsumen diangap dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, maka konsumen akan membeli produk tersebut. Dan
sebaliknya, apabila produk tersebut dianggap belum atau tidak mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginannya maka konsumen tidak akan membelinya.
Menurut
Kotler dan Amstrong (2001) menyatakan bahwa : “Pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik
produk dan nilai dengan orang lain”.
Menurut
Kotler (2002) konsep pemasaran didefinisikan sebagai berikut : “Konsep
pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari pada saingannya”.
Menurut
Radiosunu (1987) menyatakan bahwa: “Marketing atau pemasaran adalah kegiatan
manusia yang diarahkan pada usaha memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui
proses pertukaran”. Titik tolak marketing adalah kebutuhan dan keinginan
manusia. Adanya kebutuhan dan keinginan manusia, menimbulkan konsep produk
yaitu sesuatu yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu.
Konsep produk tidak terbatas pada obyek fisik, tetapi kemampuan produk tersebut
untuk memuaskan suatu kebutuhan.
III.
Konsep Pemasaran
Ketatnya
persaingan dunia usaha, membuat konsumen mempunyai kebebasan dalam menentukan
barang yang akan dibeli. Konsumen tentunya akan memilih barang yang dapat
memenuhi selera dan keinginannya. Oleh karena itu aspek pemasaran merupakan
faktor penting bagi perusahaan maupun seorang pengusaha agar dapat
melangsungkan kehidupannya.
Menurut
Kotler dan Amstrong (2001) menyatakan bahwa : “Pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik
produk dan nilai dengan orang lain”.
Menurut
Kotler (2002) konsep pemasaran didefinisikan sebagai berikut : “Konsep
pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari pada saingannya”.
Menurut
Radiosunu (1987) menyatakan bahwa: “Marketing atau pemasaran adalah kegiatan
manusia yang diarahkan pada usaha memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui
proses pertukaran”. Titik tolak marketing adalah kebutuhan dan keinginan
manusia. Adanya kebutuhan dan keinginan manusia, menimbulkan konsep produk
yaitu sesuatu yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu.
Konsep produk tidak terbatas pada obyek fisik, tetapi kemampuan produk tersebut
untuk memuaskan suatu kebutuhan.
Basu
Swastha dan Irawan (1990) berpendapat bahwa : “Konsep pemasaran adalah falsafah
bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan”. Dalam konsep pemasaran
tersebut terdapat tiga elemen pokok, yaitu:
1.
Orientasi konsumen
Pada
dasarnya perusahaan yang memperhatikan konsumen harus :
a.
Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi
b.
Memilih kelompok pembeli yang menjadi sasaran penjualan
c.
Menentukan produk dan program pemasarannya
d.
Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan
keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka
2.
Volume penjualan yang menguntungkan
Salah
satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba itu
sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil
memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut
perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang paling baik
dengan harga yang layak.
3.
Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan
Artinya
setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu
usaha yang dikoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan perusahaan maka ketiga elemen
tersebut harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Konsep
pemasaran adalah konsep yang beranggapan bahwa tugas pokok perusahaan adalah
menentukan kebutuhan, keinginan dan penilaian dari pasar yang menjadi sasaran,
dan menyesuaikan kegiatan perusahaan sedemikian rupa agar dapat menyampaikan
kepuasan yang diinginkan pasarnya secara lebih efisien dan efektif daripada
saingan-saingannya.
Dasar
pemikiran dari konsep pemasaran di atas adalah :
1.
Perusahaan menganggap sebagai tugasnya, pemuas keinginan kelompok pembeli
tertentu
2.
Perusahaan menyadari bahwa untuk dapat memuaskan keinginan pembeli, diperlukan
program marketing research untuk mengetahui keinginan-keinginan tersebut
3.
Perusahaan menyadari bahwa semua kegiatan perusahaan yang mempengaruhi pembeli
harus ditempatkan di bawah kontrol pemasaran yang terintegrasi
4.
Perusahaan percaya bahwa usaha memberi kepuasan kepada konsumen akan
menimbulkan loyalitas, terciptanya langganan, dan kesan baik dari pembeli
terhadap perusahaan. Hal tersebut sangat penting bagi perusahaan.
Orientasi
konsumen
Pada
dasarnya perusahaan yang memperhatikan konsumen harus :
a.
Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi
b.
Memilih kelompok pembeli yang menjadi sasaran penjualan
c.
Menentukan produk dan program pemasarannya
d.
Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan
keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka
5.
Volume penjualan yang menguntungkan
Salah
satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba itu
sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil
memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut
perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang paling baik
dengan harga yang layak.
6.
Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan
Artinya
setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu
usaha yang dikoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai.
Untuk
mencapai tujuan perusahaan maka ketiga elemen tersebut harus dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
Radiosunu
(1987) berpendapat bahwa: Konsep pemasaran adalah konsep yang beranggapan bahwa
tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan penilaian
dari pasar yang menjadi sasaran, dan menyesuaikan kegiatan perusahaan
sedemikian rupa agar dapat menyampaikan kepuasan yang diinginkan pasarnya
secara lebih efisien dan efektif daripada saingan-saingannya. Dasar pemikiran
dari konsep pemasaran tersebut adalah :
1.
Perusahaan menganggap sebagai tugasnya, pemuas keinginan kelompok pembeli
tertentu
2.
Perusahaan menyadari bahwa untuk dapat memuaskan keinginan pembeli, diperlukan
program marketing research untuk mengetahui keinginan-keinginan tersebut
3.
Perusahaan menyadari bahwa semua kegiatan perusahaan yang mempengaruhi pembeli
harus ditempatkan di bawah kontrol pemasaran yang terintegrasi
4.
Perusahaan percaya bahwa usaha memberi kepuasan kepada konsumen akan
menimbulkan loyalitas, terciptanya langganan, dan kesan baik dari pembeli
terhadap perusahaan. Hal tersebut sangat penting bagi perusahaan.
III.
Pasar Konsumen
Istilah
pasar dapat diartikan bermacam-macam, tergantung dari tujuan pemakaiannya. Bagi
seorang ahli ekonomi, yang dimaksud dengan pasar adalah semua pembeli dan
penjual yang menaruh minat pada suatu produk. Bagi seorang manajer pemasaran
yang dimaksud dengan pasar adalah semua individu dan organisasi yang menjadi
pembeli aktual dan potensial dari suatu barang atau jasa.
Analisa
pasar konsumen dalam hubungannya dengan perilaku konsumen harus dimulai dengan
apa yang disebut 6O (sebagai pengembangan dari konsep 4O yang terdiri dari
object, objectives, organization, operations) yaitu:
1.
Siapa yang ada di pasar konsumen ? (occupants)
Pasar
konsumen terdiri dari seluruh individu-individu dan rumah tangga yang membeli
atau membutuhkan barang-barang dan jasa untuk keperluan pribadi. Konsumen
dibedakan berdasarkan umur, pendapatan, tingkat pendidikan, pola mobilitas,
selera dan sebagainya.
2.
Apa yang dibeli konsumen ? (objects)
Menurut
tujuannya barang dapat digolongkan ke dalam barang konsumsi dan barang
industri.
3.
Kapan konsumen membeli ? (occasions)
Waktu
pembelian yang dilakukan konsumen dapat dianalisa berdasarkan beberapa faktor.
Frekuensi pembelian suatu produk tergantung dari tingkat pemakaian produk
tersebut. Tingkat pembelian dipengaruhi oleh faktor musiman. Tidak hanya dalam
arti perubahan cuaca, tetapi juga musim libur dan perayaan-perayaan agama.
Selain itu keadaan ekonomi sangat mempengruhi waktu pembelian konsumen. Dalam
keadaan ekonomi yang miskin, konsumen cenderung menunda pembelian.
4.
Siapa yang terlibat dalam pembelian ? (organization)
Pasar
konsumen terdiri dari keluarga-keluarga yang melakukan pembelian. Keluarga
merupakan unit dasar kegiatan ekonomi (basic economic unit) di pasar konsumen.
Manajer pemasaran harus mengetahui berbagai macam perbedaan karakteristik
keluarga, baik dalam peranan yang diambil maupun wewenang dalam melakukan
pembelian.
5.
Mengapa konsumen membeli ? (objectives)
Konsumen
membeli suatu produk karena ingin memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Produk
itu sendiri tidak sepenting kebutuhan dan keinginan manusia yang dipenuhinya.
Timbulnya kebutuhan dan keinginan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti: faktor sosial, ekonomi, psikologis, perkembangan fisik, keagamaan dan
sebagainya.
6.
Bagaimana konsumen membeli ? (operations)
Bagi
konsumen pembelian bukanlah hanya merupakan satu tindakan saja, melainkan
terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang jenis produk,
bentuk, merk, jumlah, penjual dan waktu serta cara pembayarannya. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh kebiasaan membeli dari para konsumen. Salah satu
diantaranya adalah impluse buying, yaitu pembelian yang dilakukan tanpa rencana
(Swastha dan Handoko, 1987).
IV.Perilaku
Konsumen
Istilah
konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu: konsumen individu
dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk
digunakan sendiri. Misalnya membeli pakaian, makanan dan sebagainya. Konsumen
organisasi antara lain adalah organisasi bisnis, kantor pemerintah, lembaga
sosial, dan lembaga lain seperti rumah sakit dan sekolah (Sumarwan, 2004).
Menurut
Mowen dan Minor (2001): “Perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian
(buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman dan ide-ide”.
Setiadi
(2003) menyatakan bahwa : “Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini”.
Swastha
dan Handoko (1987) berpendapat bahwa : “Perilaku konsumen adalah
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan
pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut”.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua elemen penting dalam
perilaku konsumen, yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang dan
jasa.
Menurut
Kotler (2002) titik tolak untuk memahami perilaku pembelian adalah model
rangsangan-tanggapan yang diperlihatkan dalam gambar 2.1. Model tersebut
menunjukkan bahwa rangsangan pemasaran yang terdiri dari produk, harga,
distribusi dan promosi, secara bersama-sama dengan rangsangan pihak lain
seperti keadaan ekonomi, teknologi, kebudayaan dan politik, mulai merasuki
kesadaran pembeli. Karakteristik atau ciri-ciri pembeli itu sendiri dibentuk
oleh faktor budaya, sosial, individu dan psikologis. Proses keputusan pembelian
dibuat konsumen dengan tahapan yang dimulai dari memahami masalah, mencari
informasi, evaluasi alternatif keputusan sampai dengan perilaku setelah
pembelian. Setelah tahapan-tahapan tersebut dilalui baru pembeli membuat
keputusan tentang jenis produk, merek, penjual, waktu pembelian, dan jumlah
pembelian.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut
Kotler dan Amstrong (2001) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen, yaitu faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis, seperti tertera
dalam gambar berikut ini :
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen Menurut Kotler dan Amstrong
Perilaku
pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat susunan utama karakteristik
pembelian, yaitu :
1.
Faktor budaya merupakan bentuk paling dasar dari keinginan dan perilaku
seseorang. Budaya meliputi nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan, dan perilaku
yang dipelajari seseorang dari keluarga dan institusi penting lainnya. Sub
kebudayaan adalah budaya di dalam suatu budaya yang memiliki nilai dan gaya
hidup yang berbeda dan dapat berdasarkan apapun mulai dari unsur sampai etnis.
2.
Faktor sosial juga mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok acuan seseorang
seperti keluarga, rekan, organisasi sosial, asosiasi profesi dengan kuat
mempengaruhi pemilihan produk dan merek.
3.
Faktor pribadi mempengaruhi seorang pembeli dalam membuat keputusan.
Karakteristik pribadi itu meliputi umur, tahap siklus hidup, pekerjaan,
lingkungan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian.
4.
Faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar dan
keyakinan juga mempengaruhi perilaku pembelian konsumen.
Basu
Swastha dan Handoko (1987) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1.
Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen, terdiri atas faktor
kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan referensi, serta
keluarga.
2.
Faktor-faktor intern atau individu yang menentukan perilaku, terdiri atas
faktor motivasi, persepsi, kepribadian dan konsep diri, belajar dan sikap dari
individu.
3.
Proses pengambilan keputusan konsumen
Proses
ini terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) menganalisa keinginan dan kebutuhan,
(2) pencarian informasi, (3) seleksi terhadap alternatif pembelian, (4)
keputusan untuk membeli, dan (5) perilaku sesudah pembelian.
Purnama
(2002) berpendapat bahwa lingkungan adalah faktor yang ikut mempengaruhi
konsumen karena sifatnya yang kompleks. Perilaku proses keputusan konsumen,
biasanya dipengaruhi oleh lima faktor yaitu:
1.
Budaya
Adalah
seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang
membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi
sesbagai anggota masyarakat. Dan budaya merupakan sesuatu yang khas, budaya
satu orang dengan lainnya berbeda.
2.
Kelas sosial
Kelas
sosial merupakan pembagian dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu
yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Mereka dibedakan oleh
perbedaan status, sosio-ekonomi yang berjajar dari yang rendah sampai yang
tinggi. Kelas sosial dapat menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang
berbeda-beda.
3.
Pengaruh pribadi
Sebagai
konsumen, perilaku individu seringkali dipengaruhi oleh mereka yang erat
hubungannya dengan individu yang bersangkutan. Tiap individu mungkin merespon
terhadap tekanan yang dirasakan dan menyesuaikan diri dengan norma dan harapan
yang diberikan oleh orang lain.
4.
Keluarga
Keluarga
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang terikat oleh
perkawinan, darah (keturunan) dan adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah.
Keluarga menjadi fokus penelitian karena keluarga merupakan fungsi pengambilan
keputusan utama, dengan pola peranan dan fungsi yang kompleks dan bervariasi.
5.
Situasi
Situasi
sangat mempengaruhi perilaku pembelian, karena perilaku akan berubah ketika
situasi berubah. Dan kadangkala perubahan tersebut tidak menentu dan tidak
dapat diramalkan.
V.
Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Menurut
Kotler dan Amstrong (2001): “Bauran pemasaran atau marketing mix adalah
seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan
untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran”. Bauran pemasaran
terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi
permintaan produknya. Kemungkinan-kemungkinan yang dilakukan perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal dengan “Empat P”:
Product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi).
Unsur-unsur
dari “Empat P” adalah :
1.
Product (produk)
Produk
artinya kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar
sasaran. Keputusan tentang produk meliputi jenis produk, mutu, rancangan,
ciri-ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi dan servis setelah
pembelian.
2.
Price (harga)
Harga
adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk.
Keputusan tentang harga ini meliputi harga barang itu sendiri tercantum, adanya
potongan harga, kemudahan dan waktu pembayaran.
3.
Place (distribusi)
Distribusi
adalah aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen sasarannya.
Kegiatan
ini meliputi pemilihan saluran distribusi, pemilihan lokasi, pengangkutan, dan
persediaan produk.
4.
Promotion (promosi)
Promosi
artinya aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk konsumen
untuk membelinya. Kegiatan promosi ini dapat dilakukan melalui media
periklanan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publikasi atau menjalin
hubungan dengan konsumen atau masyarakat.
Unsur-unsur
dari empat P dalam bauran pemasaran dapat dilihat pada gambar berikut ini:
VI.
Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Keputusan
pembelian suatu produk atau jasa yang dilakukan oleh seorang konsumen berbeda
dengan konsumen lainnya, tergantung pada jenis atau tipe pembeliannya. Semakin
kompleks keputusan yang akan diambil maka semakin banyak pihak yang terkait dan
makin banyak pertimbangan. Menurut Kotler (2002) ada lima peran yang dimainkan
oleh pihak yang terkait dengan keputusan pembelian, meliputi:
1.
Pencetus yaitu orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli suatu
produk atau jasa
2.
Pemberi pengaruh yakni orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi
keputusan.
3.
Pengambil keputusan yaitu orang yang mengambil keputusan untuk setiap konsumen
keputusan pembelian (apakah membeli atau tidak, bagaimana dan dimana akan
membeli)
4.
Pembeli yaitu orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya
5.
Pemakai yaitu orang yang mengkonsumsi (menggunakan produk atau jasa yang
bersangkutan)
Menurut
Kotler juga menyebutkan ada empat jenis perilaku pembelian, yaitu:
1.
Perilaku pembelian yang rumit
Konsumen
sangat terlibat dalam pembelian dan menyadari akan adanya perbedaan yang besar
antara merek satu dengan yang lain. Biasanya produk yang dibeli harganya sangat
mahal, jarang dibeli, beresiko dan untuk kepentingan pribadi, misalnya
pembelian komputer pribadi.
2.
Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan
Konsumen
sangat terlibat dalam sebuah pembelian tetapi ia hanya melihat sedikit
perbedaan diantara berbagai macam merek. Misalnya konsumen menganggap bahwa
pembelian karpet pada tingkat harga tertentu memiliki kualitas yang sama.
Kenyataannya tidak sama dan hal ini dirasakan setelah konsumen memakainya.
3.
Perilaku pembelian karena kebiasaan
Konsumen
memiliki keterlibatan yang rendah dalam membeli produk dan melihat sedikit
perbedaan antara merek satu dengan yang lain. Produk yang dibeli biasanya
harganya murah dan sering dibeli, misalnya pembelian garam.
4.
Perilaku pembelian yang mencari variasi
Konsumen
memiliki keterlibatan yang sangat rendah tetapi melihat adanya perbedaan yang
besar antara merek satu dengan yang lain. Misalnya dalam pembelian kue kering,
dimana konsumen dapat membeli sesuai dengan merek dan rasa yang diinginkan.
Menurut
Kotler (2002) proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima
tahap, seperti yang ditujukan pada gambar 2.3, yaitu:
1.
Pengenalan masalah
Proses
pembelian dimulai saat pembeli mengenal sebuah masalah atau kebutuhan. Dengan
mengenali kebutuhan konsumen, maka dapat diramalkan perilakunya, karena
konsumen tidak akan membeli produk kalau tidak memuaskan kebutuhannya.
2.
Pencarian informasi
Konsumen
yang mengetahui kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih
banyak tentang sumber-sumber dan menilainya, untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Pencarian informasi ini dapat bersifat aktif yaitu mengunjungi
secara langsung untuk membandingkan harga atau kualitas produk atau jasa. Dan
dapat pula bersifat pasif, dimana informasi diperoleh dari iklan di surat kabar
tanpa adanya tujuan khusus maupun gambaran tentang produk yang diinginkan.
Informasi ini dapat diperoleh melalui beberapa sumber, antara lain :
a.
sumber pribadi dari keluarga, teman, tetangga, kenalan
b.
sumber komersial dari iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan
c.
sumber publik dari media massa
d.
sumber pengalaman dari menangani, memeriksa dan memakai suatu produk
3.
Evaluasi alternatif
Pada
tahap ini konsumen mengevaluasi berbagai macam merek dari beberapa pilihan yang
ada. Konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen adalah :
a.
konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan
b.
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk
c.
konsumen beranggapan bahwa setiap produk memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam memberi manfaat
4.
Keputusan pembelian
Keputusan
untuk membeli merupakan proses pembelian yang nyata. Jadi setelah melakukan
beberapa tahapan di atas maka konsumen harus memutuskan untuk membeli atau
tidak. Bila memutuskan membeli maka konsumen harus mengambil keputusan tentang
jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara
pembayarannya.
5.
Tindakan pasca pembelian
Perilaku
setelah pembelian dapat menunjukkan apakah produk yang digunakan tersebut dapat
memenuhi dan memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Apabila konsumen
tersebut merasa puas maka ia akan melakukan pembelian kembali. Dan bila produk
tersebut belum atau tidak dapat memuaskan kebutuhan konsumen, maka produk
tersebut tidak akan dibeli dan bahkan akan ditinggalkan.
Gambar
8. Proses pembelian model lima tahap
Menurut
Swastha dan Irawan (1990) proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen terdiri atas enam tahap.
Tahap-tahap
dalam proses pengambilan keputusan tersebut, antara lain :
1.
Menganalisa keinginan dan kebutuhan
Tahap
pertama ini merupakan awal dari proses pembelian yang bertujuan untuk
mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.
Adanya kebutuhan yang belum terpenuhi sering diketahui secara tiba-tiba pada
saat konsumen berjalan-jalan ke Toko atau memperoleh informasi dari iklan,
tetangga maupun teman.
2.
Menilai sumber-sumber
Tahap
ini berkaitan dengan waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli. Jika
uang yang tersedia tidak mencukupi, sedangkan kebutuhannya cukup besar, maka
konsumen lebih suka membeli secara kredit.
3.
Menetapkan tujuan pembelian
Tujuan
pembelian konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya.
Misalnya untuk meningkatkan prestise (pembelian mobil), untuk memenuhi kebutuhan
jangka pendek (pembelian makanan) atau untuk menambah pengetahuan (pembelian
buku).
4.
Mengidentifikasi alternatif pembelian
Setelah
tujuan pembelian ditetapkan, konsumen mengidentifikasikan alternatif pembelian
sesuai dengan sumber-sumber yang dimiliki (waktu, uang dan informasi).
5.
Keputusan membeli
Pada
tahap ini konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak. Jika memutuskan membeli
maka konsumen harus membuat keputusan tentang jenis produk, bentuknya, merek,
penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.
6.
Perilaku sesudah pembelian
Perasaan
dan perilaku konsumen sesudah pembelian sangat penting bagi perusahaan. Karena
perilaku tersebut dapat mempengaruhi penjualan produk yang dibeli dan
mempengaruhi ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk tersebut. Jika
konsumen merasa terpuaskan oleh produk yang dibeli maka ia akan kembali
melakukan pembelian tersebut dan ia pasti akan mengatakan hal yang baik tentang
produk tersebut. Sebaliknya jika produk tersebut tidak dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan konsumen, maka ia tidak akan melakukan pembelian ulang dan ia
akan mengatakan hal yang tidak baik tentang produk tersebut.
VII.
Hubungan Faktor Keluarga dan Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian
a.
Faktor keluarga
Keluarga
adalah lingkungan mikro, yaitu lingkungan yang paling dekat dengan konsumen.
Keluarga adalah lingkungan dimana sebagian besar konsumen tinggal dan
berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga lainnya. Keluarga menjadi daya
tarik bagi para pemasar karena keluarga memiliki pengaruh yang besar kepada
konsumen. Anggota keluarga akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
pembelian produk dan jasa.
Sumarwan
(2004) mengatakan bahwa ada dua alasan utama mengapa dalam menganalisa perilaku
konsumen perlu mempelajari faktor keluarga, yaitu:
1.
Berbagai macam produk dan jasa dibeli oleh beberapa orang konsumen yang
mengatasnamakan sebuah keluarga dipakai secara bersama-sama oleh semua anggota
keluarga. Produk, jasa dan merek yang dibeli tersebut merupakan hasil interaksi
dan saling mempengaruhi antara anggota keluarga. Seperti televisi, tempat
tidur, dan peralatan dapur.
2.
Produk dan jasa yang digunakan oleh keluarga seringkali dibeli oleh individu
seorang anggota (individu), namun pengambilan keputusan pembelian tersebut
dipengaruhi atau diputuskan oleh anggota keluarga yang lain. Pembelian makanan
dan minuman untuk kebutuhan keluarga mungkin akan dilakukan oleh ayah, ibu atau
pembantu. Namun ibu dan ayah akan meminta pendapat anggota lainnya mengenai
jenis makanan yang akan dibeli.
Jadi
keluarga merupakan lingkungan mikro yang menarik untuk dipelajari dalam
kaitannya dengan pembelian produk dan jasa, karena keluarga adalah fungsi
pengambilan keputusan yang utama.
Menurut
Setiadi (2003), keluarga sangat penting dalam mempelajari perilaku konsumen
karena dua alasan. Pertama, keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk
banyak produk konsumen. Misal dalam pembelian rumah yang mengambil keputusan
adalah kedua pasangan (suami-istri), tetapi mungkin akan melibatkan anak, kakek
nenek atau anggota keluarga lain dari keluarga besar. Kedua, keluarga adalah
pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu. Contohnya, anak-anak mungkin
membeli pakaian yang dibiayai dan disetujui oleh orang tua.
Faktor
marketing mix
Marketing
mix merupakan strategi pemasaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk
mencapai tujuannya. Marketing mix adalah alat pemasaran yang digunakan
perusahaan secara terus menerus untuk mempengaruhi permintaan konsumen terhadap
suatu produk atau jasa. Alat pemasaran tersebut dikenal dengan 4P yaitu product
(produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). Manfaat
dari penggunaan strategi pemasaran tersebut bagi perusahaan adalah:
1.
Strategi produk, yaitu untuk mengetahui produk apa yang saat ini digunakan
konsumen dan keuntungan apa yang diharapkan konsumen dari produk tersebut.
2.
Strategi harga, yaitu untuk mengetahui seberapa penting harga produk bagi
konsumen dan apakah dampak dari perubahan harga terhadap perilaku konsumen
3.
Strategi tempat, yaitu untuk mengetahui dimana konsumen membeli produk
4.
Strategi promosi, yaitu untuk mengetahui sarana atau media promosi yang paling
efektif dan efisien yang dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli dan
menggunakan suatu produk.
Pengembangan
strategi pemasaran, khususnya yang dikembangkan dan diterapkan oleh perusahaan
yang berhasil, memiliki kekuatan yang besar terhadap konsumen dan masyarakat.
Strategi ini tidak hanya disesuaikan dengan konsumen tetapi juga merubah apa
yang dipikirkan dan dirasakan konsumen mengenai diri mereka sendiri, beragam
produk yang ditawarkan dan situasi yang tepat untuk membeli dan menggunakan
suatu produk.
Marketing
mix dapat digunakan untuk alat analisa perilaku konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian. Karena masalah harga, produk dan tempat belanja cenderung
menjadi bahan pertimbangan utama bagi konsumen sebelum membeli suatu produk.
SEGMENTASI,
TARGETING, DAN POSITIONING
Tujuan
pokok strategi segmentasi, targeting, dan positioning adalah mem posisikan
suatu merek dalam benak konsumen sedemikian rupa sehingga merek tersebut
memiliki keunggulan kompetitif berkesinambungan. Sebuah produk akan memiliki
keunggulan kompetitif jika produk tersebut menawarkan atribut-atribut
determinan (yang penting dan dinilai unik oleh para pelanggan). Untuk itu,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan segmentasi pasar secara
cermat.
Konsep
segmentasi pasar pertama kali diperkenalkan oleh Wendell R. Smith path tahun
1956 dalam artikel terkenalnya beijudul “Product Differentiation and Market
Segmentation as Alternative Marketing Strategies” yang dimuat di Journal of
Marketing. Menurutnya, konsumen itu bersifat unik dan berbeda-beda. Konse
kuensinya, mereka membutuhkan program pemasaran yang berbeda pula.
Secara
garis besar, segmentasi pasar dapat diartikan sebagai proses mengelom pokkan
pasar keseluruhan yang heterogen menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen
yang memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan, keinginan, perilaku dan atau respon
terhadap program pemasaran spesifik. Segmentasi pasar merupakan konsep pokok
yang mendasari strategi pemasaran perusahaan dan alokasi sumber daya yang harus
dilakukan dalam rangka mengimplementasikan program Pemasaran.
Dalam
rangka merealisasikan manfaat potensial segmentasi pasar, perusahaan
membutuhkan studi empiris mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen, serta
sistem manajemen yang dapat menyesualkan proses bisnis dengan kebutuhan dan
keinginan tersebut. Konsumen melakukan pembelian atas dasar manfaat yang
dibei-ikan atau kemampuan produk dan jasa dalam membantu mereka memecahkan
masalah spesifik yang dihadapi. Perusahaan dapat saja menawarkan beraneka macam
produk dan jasa, namun konsumen hanya membeli manfaat atau solusi atas masalah
yang ditawarkan oleh produk danjasa bersangkutan. Manfaat dan solusi atas
masalah dapat bersifat fungsional (misalnya, menghilangkan rasa haus),
psikologis (misalnya, meningkatkan rasa percaya diri), dan atau ekonomik
(contohnya, memberikan penghematan biaya sebesar nilai tertentu).
Segmen
pasar terdiri dan sekelompok pelanggan yang memilikj kesamaan dalam ha!
tuntutan kepuasan terhadap suatu produk. Jika kita mendefinisjkan segmen pasar
atas thsar manfaat dan/atau solusi atas masalah, kita menerapkan perspektif
permintaan (demand perspective). Pendekatan seperti ini dapat menghasilkan
deskripsi pasar untuk produk tertentu yang terkadang sama sekali di luar
dugaan4Sebagai contoh, penisahaan kamera terkemuka Polaroid pernah melakukan
riset pasar untuk mengidentifikasi pesaing bagi kamera instan Polaroid yang ber
harga paling murah. Temuan yang didapatkan menunjukkan bahwa jika pelang gannya
adalah kategori usia 18 sampai 25 tahun, maka tidak ada kamera lain yang
bersaing langsung dengan kamera Polaroid yang termurah. Kelompok konsumen
tersebut cenderung merupakan pasar untuk hiburan dan mereka membeli kamera
instan hanya untuk sekadar senang-senang (having fun). Jika mereka tidak
membeli Polaroid, maka uangnya akan digunakan untuk membeli produk hiburan
lainnya (misalnya pergi ke theme park). Dengan demikian, bagi segmen pelanggan
usia 18 sampai 25 tahun tersebut, Polaroid cendenmg masuk dalam kategori pasar
hiburan, dan bukan pasar kamera!
Sementara
itu, jika kita mendefmisikan pasar berdasarkan tipe produk yang dihasijkan
(dalani kasus Polaroid, berarti pasar kamera), maka pendekatan yang dipakai
adalah perspektifpenaw (supply perspective Perspektif mi berfokus path semua
pesaing yang menawarkan produk dan jasa serupa, misalnya semua perusahaan
konsultan manajemen di kawasan tertentu. Perspektif mi juga secara eksplisit
mempert proses pemarnifaktu stniktur biaya, ketersediaan bahan mentah,
perkembangan dan pemanfaatan teknologi, strategi pemasaran dan distribusi,
lmgkup geografis, biaya masuk (entry cost) dan biaya keluar (exit cost) dan
industri bersangkutan, dan seterusnya.IDalam konteks mi, pasar adalah arena
persaingan. Kelemahannya adalah bahwa ada kemungkin pemasar kehilangan arah
mengenai orientasi pelanggan dalam penerapan perspektifinj Pemasar kerapkali
cenderung lebih berfokus path statistik volume penjualan atau pangsa pasar
ketiinbang peluang konsumen untuk membeli produk dan jasa.
Kendatj
demikian, perspektif permintaan thpat diintegrasikan dengan per spektif
penawaran melalui proses segmentasi pasar strategik, yang langkah-lang kahnya
adalah sebagai berikut:
Tahap
Pertama: Segmentasi
- Mensegmen pasar menggunakan
vaniabel-vaniabel permintaan, seperti kebu tuhan pelanggan, keinginan
pelanggan, manfaat yang dicari (benefits sought), solusi atas masalah yang
dihadapi, situasi pemakaian, dan lain-lain.
- Mendeskripsikan segmen pasar
yang diidentifikasi dengan menggunakan vaniabel-variabel yang dapat
membantu perusahaan memahami cam melayani kebutuhan pelanggan tersebut
(misalnya, biaya berallh peinasok, pola berbelanja, lokasi geografis,
ukuran pelanggan, thya bell, sensitivitas harga, dan seterusnya) dan cara
berkomunikasi dengan pelanggan (misalnya, preferensi dan peng gunaan
media, sikap, aktivitas, minat, opini, dan lain-lain).
Tahap
Kedua: Targeting
- Mengevaluasi daya tank
masing-masing segmen dengan menggunakan variabel-variabel yang dapat
mengkuantifikasi kemungkinan permintaan dan setiap segmen (misalnya,
tingkat pertumbuhan segmen bersangkutan), biaya melayani setiap segmen
(misalnya, biaya distribusi), biaya memproduksi produk dan jasa yang diinginkan
pelanggan (misalnya biaya prodtiksi dan diferensiasi produk), dan
kesesuaian antara kompetensi inti perusahaan dan peluang pasar sasaran.
- Memilih satu atau lebih segmen
sasaran yang ingin dilayani berdasarkan potensi laba segmen tersebut dan
kesesuaiannya dengan sirategi korporat perusahaan.
Tahap
Ketiga:
Positioning
- Mengidentifikasi konsep
positioning bagi produk dan jasa perusahaan yang atraktif bagi pelanggan
sasaran dan kompatibel dengan citra korporat yang diharapkan perusahaan.
gambar
5
gambar
6
Marketing
Targeting
Evaluasi
terhadap daya tarik segmentasi pasar dapat dilakukan dengan menggunakan
sembilan kriteria yang dapat dikelompokan menjadi tiga faktor utama (lihat
Tabel 4.3).
- 1. Pertama, ukuran dan potensi pertumbuhan segmen. Meskipun
segmen yang besar dan berkembang pesat kelihatannya lebih menarik, ukuran
segmen dan potensi pertumbuhan yang cocok bagi setiap perusahaan harus
disesuaikan dengan sumber daya dan kapabilitas organisasi. Tidak jarang
sumber daya organisasi (seperti ketersediaan tenaga ahli, dana, jumlah
gerai distribusi, dan seterusnya) menjadi kendala bagi upaya perusahaan
untuk bersaing dalam pasar yang tingkat pertumbuhan yang besar.
- 2. Kedua, karakteristik struktural segmen, yang terdiri atas
kompetisi, kejenuhan segmen, protektabilitas, dan risiko lingkungan.
Perusahaan wajib mencermati intensitas dan dinamika persaingan yang
berkaitan dengan hambaran masuk, ham batan keluar, ancaman pendatang barn,
tekanan dan produk dan atau jasa substitusi, kekuatan tawar-menawar
pemasok, dan kekuatan tawar-menawan konsumen. Perusahaan juga penlu
menilai apakah para pesaing yang sudah ada saat mi telah melayani semua
kemungkinan segmen yang ada atauicaii masih tersedia gap poten sial dalam
pasar yang dapat dimasukj perusahaan. Selain itu, yang talc kalah
pentingnya pula adalah identifikasi berbagai aspek risiko, seperti risiko
bahwa movasi dan temuan perusahaan tidak dapat diproteksi dengan hak cipta
dan paten, serta risiko akibat teijadinya perubahan lingkungan.
- 3. Ketiga, kesesuaian antara produk dan pasan (produt-marketfi
Dalam ha! mi, terdapat tiga pertanyaan kunci yang perlu dijawab: (1)
apakah melayani segmen tertentu dapat sesuai dengan kekuatan perusahaan
dan citra yang diharapkan?; (2) adakah sinergi yang didapatkan dan
melayani segmen tersebut?; dan (3) dapatkah perusahaan menanggung biaya
memasuki segmen bersangkutan dan dapatkah perusahaan menetapkan harga
produk sedemikian rupa sehingga memperoleh tingkat maijin dan Return On
Investment (ROl) sebagaimana diharapkan? Sejumlah perusaliaan benisalia
memasuki segmen yang menjanjikan ROl yang besar, namun tidak tenlalu cocok
dengan kapabiitas organisasi saar mi. Contoh nyatanya adalah Levi
Corporation yang pernah mencoba menjual tailored suits untuk kaum pria,
sekalipun niset pelanggan sebehimnya telah menunjukkan bahwa peluncuran
produk bani tersebut tidak cocok dengan citra blue Jean Levi. Lebih parah
lagi, Levi memutuskan untuk memasarkan produk barunya tersebut melalui
janingan nitel yang biasa mendistribusjk produk jinsnya, padahal pasar
sasarannya biasanya membelj produk semacam itu di gerai ritel yang
berbeda. Akibatnya dapat ditebak, produk baru tersebut gagal di pasar.
Sebaliknya, lini produk busana katun kasual (casual cotton wear) yang
diberi merck Dockers mengalamj kesuksesan besar karena lebih sesuai dengan
kekuatan Levi dalam produksj dan distribusj, serta tidak bertentangan
dengan persepsi pelanggan terhadap produk Levis.
gambar
7
1.
Single-Segment Concentration
Perusahaan
memilih satu segmen pasar tunggal, dengan sejumlah pertim bangan, misalnya
keterbatasan dana yang dimiiki perusahaan; adanya peluang pasar dalam segmen
bersangkutan yang belum banyak digarap atau bahkan diabaikan pesaing; atau
perusahaan menganggap segmen tersebut merupakan segmen yang paling tepat
sebagai landasan untuk ekspansi ke segmen !ainnya. Contohnya, Volkswagen
berkonsentrasi pada pasan mobil kecil dan Porsche berfokus path pasar mobil
sport, melalui keputusan berkonsentrasi path hanya satu segmen, perusahaan
mendapatkan pemahaman mendalam mengenai
2.
Selective Specialization
Dalam
strategi ini perusahaan memilih sejumlah segmen pasar yang menarik dan sesuai
dengan tujuan dan sumber daya yang dimiliki. Masing-masing segmen dapat
memiliki sinergi kuat satu sama lain maupun tanpa sinergi sama sekali, namun
paling tidak setiap segmen menjanjikan siimber penghasilan bagi perusahaan.
Strategi ini memiliki keunggulan berupa penyebaran risiko, di mana bila terjadi
penurunan pada salah satu segmen, maka penjualan perusahaan secara keseluruhan
tidak terlalu te karena tetap memperoleh pendapatan dan segmen lainnya.
3.
Market Specialization
Dalam
strategi ini, perusahaan berspesialisasi path upaya melayani berbagai kebutuhan
dan suatu kelompok pelanggan tertentu. Sebagai contoh, per usahaan yang
berkonsentrasi pada kebutuhan balita, mulai dan pakaian, popok, mainan, sepatu,
tempat tidur, dan segala macam perlengkapan lainnya. Per usahaan thpat
menthpatkan reputasi yang kuat dalam melayani kelompok pelanggan tersebut dan
menjadi acuan pokok bagi pelanggan bersangkutan jika mereka kelak membutuhkan
produk lainnya. Risikonya adalah jika kelompok pelanggan sasaran melakukan
pemotongan anggaran konsumsinya.
4.
Product Specialization
Dalam
spesialisasi produk, perusahaan memusatkan din path pembuatan produk tertentu
yang akan dijual kepada berbagai segmen pasar. Contohnya adalah produsen
mikroskop yang menjual mikroskop kepada laboratorium umversitas, laboratorium
pemenintah, dan laboratorium komersial. Perusahaan menghasilkan berbagai
mikroskop berbeth yang ditujukan bagi kelompok pelanggan berbeda, namun tidak
mengjiasilkan instrumen atau alat-alat lain selain mikroskop yang mungkin
dibutuhkan laboratorium. Melalui strategi ini, perusahaan mendapatkan reputasi
kuat dalam bidang produk spesifik. Namun, risiko utamanya athlah jika terjadi
perubahan tekuologi yang thpat berdampak path keusangan produk yang dihasilkan
perusahaan.
5.
Full Market Coverage
Dalam
straregi mi, perusahaan berusaha melayani s’emua kelompok pelanggan dengan
semua produk yang mungkmn dibutulikan. OIeh sebab itu, hanya perusahaan besar
yang sanggup menerapkan strategi ini, karena dibutuhkan sumber daya yang sangat
besar. Contoh perusahaan yang melaksanakan strategi thi antara lain IBM (pasar
komputer), Coca Cola (pasar minuman ringan), General Motors (pasar kendaraan
bermotor), Toyota (pasar kendaraan bermotor), dan National Panasonic (pasar
produk elektronik dan peralatan rumah tangga). Upaya melayani pasar keseluruhan
dapat dilakukan dengan dua alternatjf cara(lthat Gambar 4.3):
- Undifferentiated marketing, di mana perusahaan mengabaikan per bedaan-perbedaan
segmen pasar dan hanya menawarkan satu macam penawaran pmduk atau program
pemasaran kepada pasar keseluruhan. Strategi ini lebih berfokus path
kebutuhan dasar pam konsunien ketimbang path perbedaan-perbedaan antar
pelanggan. mengandalkan produksi, distnibusi dan perildanan massa guna
mencip takan citra superior di mata sebagian besar konsumen. Lmi produk
yang terbatas akan menekan biaya riset dan pengembangan, produksi,
sediaan, transportasi, riset pemasaran, perikianan, dan manajemen produk.
Path gilirannya, biaya rendah thi menganah pada harga jual yang murah dan
dapat menjadi daya tank bagi segmen pasar yang lebih sensitif terhathp
harga.
- Diffrentiated marketing, di mana perusahaan berusaha beroperasi pada semua
segmen pasar dan merancang program pemasaran yang berbeda untuk
masing-masing segmen . Contohnya adalah General Motors yang mempromosikan
kemampuannya untuk memproduksi mobil untuk setiap ‘ pwpace, dan personal
it/’. IBM menawarkan beraneka ragam paket perangkat keras dan perangkat
lunak yang ditujukan path segmen-segmen berbeth thlam pasar komputer. Path
umumnya differentiated marketing menghasilkan penjualan total yang lebih
besar dibandingkan undifferentiated marketing, namun biaya yang dikeluarkan
juga jauh lebih besar. Setidaknya biaya besar yang dikeluarkan meliputi
biaya modmfikasi produk (seperti biaya riset dan pengembangan, rekayasa
produk dan biaya peralatan khusus), biaya produksi, biaya administrasi
(seperti niset pemasaran, peramalan bisnis, analisis penjualan, promosi,
perencanaan strategik, dan manajemen saluran distribusi), biaya sediaan
(seperti biaya simpan dan biaya pemesanan), dan biaya promosi (seperti
biaya media).
II.
Posisitioning
Dalam
rangka menciptakan positioning yang tepat untuk suatu produk, pemasar harus
mengkomunikasikan dan memberikan manfaat-manfaat tertentu yang dibutuhkan pasar
sasaran. Salah satu contoh sukses positioning adalah shampo Head &
Shoulders. Sebagai shampo yang pertama kali diposisikan sebagai dandruff remedy
shampo, nama mereknya mengindikasikan manfaat yang ditawarkan, aroma medisnya
mencerminkan potensinya, serta wama (b dan hijau) dan keken talannya (berwujud
pasta dan bukan cairan) menunjukkan bahwa Head & Shoulders bukanlah shampo
biasa.
Secara
garis besar, positioning terdini atas tiga langkah utama:
1.
Memilih konsep positioning
Dalam
rangka memposisikan suatu produk atau organisasi, pemasar harus menentukan apa
yang penting bagi pasar sasaran. Setelah itu, pemasar dapat melakukan studi
positioning untuk menentukan persepsi pasar sasaran terhadap berbagai produk
atau toko berdasarkan dimensi atau atribut penting yang digunakan. Contohnya,
atribut penting dalam pembelian sepeda motor meliputi: harga beli, harga jual
kembali, konsumsi bahan bakar, ketersediaan suku cadang, reputasi merek dan
produsen, daya tahan mesin, kecepatan, keamanan, fitur, model, warna, dan
seterusnya.
Hasil
dan riset positioning dapat digambarkan secara visual dalam bentuk peta
persepsi (perceptual map) yang menempatkan sejumlah merek atau organisasi
berdasarkan dimensi atribut penting yang digunakan. Gambar 4.4 menunjukkan
contoh peta persepsi untuk produk jins.
Panjangnya
ganis (atau vektor) menunjukkan derajat kepentingan relatif suatu atribut, dan
posisi merek pada masing.
2.
Merancang dimensi atau fitur yang paling efektif dalarn mengkomunikasi kan
posisi.
Suatu
posisi dapat dikomunikasikan dengan nama merek, slogan, penampilan atau fitur
produk lainnya, tempat penjualan produk, penampilan karyawan, dan cara-cara lainnya.
Namun, fitur-fitur tertentu cenderung lebth efektif dibandingkan fitur lainnya.
Oleh sebab itu, pemasar harus memperhatikan setiap aspek secara rinci.
Misalnya, tempat duduk bagi pelanggan ternyata cukup vital dalam bisnis eceran,
karena menunjukkan ‘kepedulian’ dan ‘perhatian’ penjual pada para pelanggannya.
Adanya
keterbatasan sumber daya membuat setiap pemasar harus cermat dalam memutuskan
cara terbaik untuk mengkomunikasikan konsep positioning yang diharapkan.
Salah
satu faktor pertimbangan yang perlu dipikirkan secara matang adalah mencari
diferensiasi yang paling efektif. Setiap pemasar dapat mendiferensiasikan
penawarannya berdasarkan lima dimensi: produk, jasa/layanan, personalia,
saluran distribusi, dan citra.
Pemilihan
masing-masing dimensi tersebut di dasarkan pada sejumlah kriteria, di
antaranya:
- Important: Variabel
diferensiasi yang dipilih memberikan manfaat yang sangat bernilai bagi
pelanggan sasaran.
- Distinctive. Variabel
diferensiasi disampaikan dengan cara yang unik.
- Superior: Variabel diferensiasi
lebih superior dibandingkan cara-cara lain untuk mendapatkan manfaat yang
sama.
- Preventive: Variabel
diferensiasi tidak dapat ditiru dengan mudah oleh para pesaing.
- Affordable: Pembeli mampu
membayar diferensiasi yang diberikan perusahaan.
- Profitable: Perusahaan dapat
mendapatkan keuntungan dan upaya mengintroduksi diferensiasi yang
dimaksud.
3.
Mengkoordinasikan komponen bauran pemasaran untuk menyampaikan pesan yang
konsisten.
Walaupun
satu atau dua dimensilatribut merupakan komunikator posisi utama, semua elemen
bauran pemasaran (produk, distribusi, harga, dan promosi) hams mendukung posisi
yang diharapkan. Banyak positioning produk yang gagal oleh karena inkonsistensi
yang membingungkan pelanggan. Selain itu, positioning dapat mengalami erosi
dikarenakan kurangnya perhatian, adanya perubahan selera aran kebutuhan
konsumen, adanya penibahan teknologi, atributldimensi yang ditonjolkan tidak
lagi menarik bagi pelanggan, dan adanya pesaing yang merebut posisi perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan harus secara rutin memantau posisinya dan bilamana
perlu melakukan repositioning agar perusahaan dapat mempertahankan persepsi
imik dan superior di benak konsumen. Umuinnya, strategi positioning yang dapat
dipiih setiap per usahaan meliputi:
- Atribute positioning:
Perusahaan memposisikan dirinya berdasarkan atribut tertentu, misalnya
ukuran, keamanan, komposisi bahan, pengalaman dalam bidang yang digeluti,
dan seterusnya.
- Benefit positioning: Produk
diposisikan sebagai pemimpin dalam manfaat tertentu, misalnya pasta gigi
untuk memutihkan gigi, mencegah kerusakan gigi, menyegarkan mulut, menjaga
kesehatan gusi, dan seterusnya.
- Use or application positioning:
Produk diposisikan sebagai alternatif terbaik untuk situasi pemakaian atau
aplikasi tertentu, misalnya Bodrex diposisikan sebagai obat yang boleh
diminum sebelum makan dan Sanaflu diposisikan sebagai obat flu yang tidak
menimbulkan rasa kantuk.
- User positioning: Produk
diposisikan sebagai pilihan terbalk unnik kelompok pernakai tertentu,
misalnya minuman kesehatan untuk para atlit; kamera instan untuk para
amatir; dan kamera canggih untuk para pemakai profesional.
- Competitor positioning: Klaim
produk dihubungkan dengan posisi persaingan terhadap pesaing utama,
misalnya Avis menyatakan dirinya sebagai “We’re nwnber two, so we i
harder”, 7Up memposisikan dirinya sebagai “The Un-Cola ‘ dan Pepsi
menempatkan dirinya sebagai Gene ration: Next.
- Product category positioning:
Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam kategori produk tertentu,
misainya permen Kopiko diposisikan sebagai kopi dalam bentuk permen, bukan
penmen rasa kopi.
- Quality or price positioning: Perusahaan berusaha menciptakan kesan/citra berkualitas tinggi lewat harga premium atau sebaliknya menekankan harga murah sebagai indikator nilai. Contohnya, sepeda motor buatan RRC yang membanjini pasar Indonesia dengan fokus pada harga ekonomis.
- GOD BLES ALL,,SALAM HANGAT ......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar